MANAJEMEN MODAL KERJA
A. Pendahuluan
Dewasa ini
pengolahan modal kerja suatu perusahaan sudah
meliputi
berbagai fungsi yang tidak sekedar atau terbatas pada pengelolaan investasi
perusahaan dalam bentuk aktiva lancar. Ada dua masalah pokok dalam working
capital management dari
suatu perusahaan yaitu :
a. Pengelolaan investasi perusahaan
yang berupa aktiva lancar.
b. Pengelolaan penggunaan hutang lancar atau hutang jangka pendek perusahaan.
Manajemen modal kerja meliputi beberapa aspek yang sering dijadikan
sebagai topik studi yang penting :
a.
Sebahagian besar waktu manajer tersita untuk kegiatan yang berhubungan dengan modal
kerja.
b. Manajemen
modal kerja sangat penting
bagi perusahaan
yang kecil.
Walaupun perusahaan ini dapat mengurangi investasi pada aktiva tetap dengan cara leasing, tetapi perusahaan tidak dapat
menghindari kebutuhan akan
kas, piutang dan pesediaan.
c. Adanya hubungan langsung antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan untuk membiayai aktiva lancar. Jika periode pengumpulan piutang adalah 30 hari dan penjualan kredit perhari adalah
Rp.100.000,-, maka investasi pada piutang dagang Rp.3.000.000. Jika penjualan perhari
meningkat, maka
investasi
pada
piutang juga akan meningkat
dan juga membutuhkan
penambahan
persediaan dan mungkin juga pertambahan
kas.
Jika perusahaan dapat menahan kas sesuai dengan kebutuhan,
persediaan yang dibutuhkan untuk
penjualan, mempertahankan piutang dagang sesuai dengan jumlah yang diperlukan untuk
kebijaksanaan
kredit yang optimum dan tidak menyimpan surat berharga, maka jumlah aktiva lancar yang sesuai dengan prakiraan yang
tepat merupakan jumlah
optimum teoritis
untuk mencapai laba maksimum perusahaan.
Satu diantara manajemen modal kerja yang perlu mendapat perhatian
yang lebih penting adalah manajemen piutang. Perusahaan umumnya
mempunyai piutang dagang karena melakukan penjualan barang dagangannya
secara kredit.
Semakin besar
proporsi
dan jumlah penjualan kredit,
maka
semakin besar pula piutang dagang yang dimiliki oleh perusahaan.
Pada beberapa perusahaan, piutang dagang merupakan hal yang amat
penting, dan memerlukan analisis
yang
seksama, piutang harus dikelola dengan efisien. Karena dengan memiliki piutang dagang,
perusahaan juga menanggung tambahan biaya.
Dalam mengelola piutang dagang ada 2 (dua) hal yang harus dianalisis
yaitu :
1. Kebijaksanaan Kredit dan Pengumpulan Piutang
2. Analisis untuk Para Langganan.
Kedua hal tersebut saling berkaitan.
Kebijaksanaan kredit menyangkut “trade off” antara
laba yang
diperoleh dengan penjualan yang menimbulkan piutang di satu pihak, dan biaya yang ditanggung karena memiliki piutang
tersebut ditambah lagi adanya kemungkinan piutang itu tidak bisa dikumpulkan.
Analisa kredit terhadap para langganan menentukan tingkat resiko yang bersedia ditanggung oleh perusahaan. Sebaliknya tingkat resiko itu menentukan kecepatan piutang berputar, besarnya investasi pada
piutang dan jumlah piutang yang
tidak tertagih. Dengan demikian analisa
kredit terhadap para langganan ini mempengaruhi pula kebijaksanaan kredit yang akan diambil perusahaan.
Besar kecilnya piutang
yang
dimiliki perusahaan, disamping dipengaruhi
oleh kondisi perekonomian
pada umumnya, juga
dipengaruhi oleh
kondisi
perekonomian pada umumnya, juga dipengaruhi oleh kebijaksanaan kredit yang
ditentukan oleh perusahaan. Sementara kondisi perekonomian pada umumnya
tidak bisa dipengaruhi oleh manajer keuangan, tetapi kebijaksanaan perkreditan
jelas bisa ditentukan
oleh perusahaan.
Pengelolaan piutang dagang yang
efisien perlu menilai kebijaksanaan kredit ini dengan membandingkan antara resiko dan profitabilitas, yaitu harus
membandingkan antara besarnya tambahan
resiko dengan besarnya tambahan laba jika kebijaksanaan kredit diubah menjadi
lebih lunak / ringan.
B. Kebijaksanaan
Kredit
Kebijaksanaan kredit adalah suatu kebijaksanaan yang perlu
dipertimbangkan dalam
memberi kredit kepada para langganan.
Kebijaksanaan kredit yang baik harus membandingkan antara
resiko dan profitabilitas. Apabila
perusahaan menurunkan standar kreditnya, maka
penjualan akan meningkat, yang berarti terjadi peningkatan piutang, dan
ini akan membawa keuntungan yang besar. Tetapi dengan peningkatan piutang dagang ini berarti perusahaan harus menanggung beban investasi pada piutang yang makin
besar, ditambah kemungkinan peningkatan piutang yang tidak bisa terkumpul.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam kebijaksanaan kredit adalah :
a. Standar Kredit
Penentuan standar kredit pada dasarnya merupakan trade off antara peningkatan penjualan, dan peningkatan resiko tidak terbayarnya piutang.
Apabila perusahaan menjalankan standar kredit yang sangat longgar, artinya
hampir setiap pembeli diperkenankan membeli dengan cara kredit, maka bisa
diperkirakan
bahwa penjualan memang
akan
meningkat,
tetapi proporsi
piutang – piutang yang tidak terbayar akan meningkat
pula. Secara ekonomis
pelonggaran standar
kredit dibenarkan apabila penambahan
biaya akibat peningkatan piutang lebih rendah atau sama dengan penambahan
keuntungan laba akibat pertambahan
atau peningkatan penjualan. Biaya- biaya yang dianggap meningkat karena peningkatan piutang diantaranya adalah
opportunity
cost yaitu
biaya dana
yang tertanam
pada piutang
tersebut, dan juga biaya untuk bagian yang menangani penagihan piutang tersebut.
b. Jangka Waktu Kredit
Cara
ini
ditempuh dengan
memperpanjang waktu kredit dengan harapan agar penjualan bisa meningkat. Karena yang ditingkatkan hanyalah
jangka waktu kredit, maka umumnya resiko tidak terbayarnya piutang tidak
banyak berubah. Misalkan semula jangka
waktu kredit adalah 30 hari tanpa potongan, kemudian diperpanjang menjadi 45 hari, juga tanpa potongan.
Dengan perubahan ini diperkirakan penjualan akan naik 10%.
Untuk menentukan apakah perubahan jangka
waktu kredit bisa dibenarkan, maka kita
harus melakukan perhitungan sebagai berikut :
1.
Hitung pertambahan keuntungan
setelah ada kenaikan penjualan yaitu dengan cara mengkalikan laba perunit dengan pertambahan unit
yang dijual.
2.
Hitung tingkat perputaran piutang setelah ada perubahan yaitu dengan cara
membagi 360 dengan 45.
3. Hitung jumlah piutang yang
tertanam dengan
cara
membagi total penjualan setelah ada perubahan kebijaksanaan dengan tingkat perputaran
piutang.
4. Hitung tambahan piutang
5.
Hitung tambahan Investasi pada piutang yaitu dengan cara mengalikan tambahan
piutang dengan harga pokok penjualan.
6. Hitung keuntungan yang disyaratkan dengan cara
mengkalikan tambahan investasi pada piutang dengan tingkat bunga yang berlaku.
7.
Jika tambahan keuntungan (point ‘a) lebih besar daripada keuntungan yang disyaratkan (point ‘f’), maka kebijaksanaan kredit dengan mengubah jangka waktu
kredit yang dibenarkan.
c. Pemberian Potongan (Discount)
Faktor ketiga yang
harus diperhatikan adalah pemberian potongan kepada para pembeli. Apabila syarat penjualan adalah 2/10, n/30, maka itu
berarti bahwa perusahaan akan memberi diskon sebesar 2%, jika pembeli
membayar dalam jangka 10 hari setelah tanggal transaksi penjualan, dan batas terakhir pembayaran adalah 30 hari. Perusahaan bisa memberikan
tambahan potongan untuk
merangsang para
pembeli untuk
melakukan
pembelian, dan membayar lebih cepat.
2. Analisis Pelanggan
Setelah kita menentukan
kebijaksanaan kredit yang
akan meningkatkan laba, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan dalam manajemen piutang
adalah melakukan analisis terhadap calon pelanggan. Evaluasi terhadap
pelanggan ini merupakan hal yang sangat penting untuk mengatasi kemungkinan
piutang yang tidak
dapat ditagih. Untuk
itu
perlu langkah mengumpulkan
informasi lebih dahulu terhadap calon pelanggan dan menganalisi calon pelanggan tersebut berdasarkan informasi yang kita terima.
Untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai para calon pelanggan,
perusahaan memerlukan dana untuk
keperluan itu.
Untuk beberapa piutang dagang yang berjumlah kecil, biaya yang dikeluarkan kemungkinan lebih banyak jika dibandingkan dengan keuntungan
potensial dari piutang dagang tersebut. Jika hal ini yang dihadapi perusahaan, maka
perusahaan harus puas dengan informasi yang terbatas yang dipakai sebagai dasar mengambil keputusan kredit.
Jika calon
pelanggan adalah perusahaan yang relatif besar, maka sumber
informasi utama dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan tersebut. Tetapi
sebahagian perusahaan tidak mau
menunjukkan laporan keuangan kepada calon
supplier mereka,
dan
jika hal itu terjadi, maka informasi mengenai calon pembeli seperti ini dapat kita peroleh dari perusahaan-perusahaan
lain
yang
pernah berhubungan
dengan mereka.
Untuk menggambarkan mengenai kebijaksanaan kredit, maka diberikan contoh berikut ini. PT. Wahyudi mempunyai penjualan tahunan
sebesar Rp.72 juta,
semuanya penjualan kredit. Harga jual produk Rp.20/unit,
dengan biaya variabelnya sebelum pajak Rp. 15/unit.
Dengan pelonggaran kredit diharapkan
penjualan akan
meningkat
20%. Tingkat
keuntungan yang disyaratkan 20% sebelum
pajak. Rata-rata hari pengumpulan piutang sebelum pelonggaran
1 bulan dan sesudahnya menjadi dua bulan. Dari data tersebut, coba anda analisa
apakah pelonggaran kredit itu bisa diterima.
Profitabilitas tambahan = 720.000
unit x Rp.5 = Rp. 3.600.000
Tk piutang sebelum pelonggaran= Rp.72.000.000/12 =
Rp. 6.000.000
Tk piutang
setelah pelonggaran = Rp.86.400.000/6 = Rp.14.400.000
Tambahan Piutang = Rp. 8.400.000
Tambahan Investasi Piutang = Rp. 8.400.000
x 0,75 = Rp. 6.300.000
Biaya Piutang = 0,2 x 6.300.000 = Rp. 1.260.000
Karena Tambahan
keuntungan > dari biaya piutang, maka pelonggaran kredit bisa
dilakukan.
0 komentar:
Posting Komentar